Jika Hindu yang terbesar ke 2, pasti benturannya akan lebih besar dengan Hindu, seperti yang terjadi di perbatasan India, Suku Tamil dll. Karena biasanya pola mereka akan membenturkan komunitas terbesar dengan komunitas lain yang dianggap kompetitornya yang juga besar dan militan, sehingga ketika mengucapkan Hari Nyepi atau Imlek benturannya tidak sebesar Natal.

Demikian juga kalau menyangkut suku khususnya di Pulau jawa, Sunda X Jawa akan selalu di benturkan karena Sunda merupakan suku terbesar ke 2 setelah Jawa, jika di Kalimantan sudah sering terjadi Dayak X Madura, di Sumatera pernah terjadi Melayu X Bali dll. Dan yang paling Seksi benturannya, tentu saja yang menyangkut agama dan keyakinan.

Pelarangan Mengucapkan Natal "Grand Design Asing Devide et Impera di Indonesia"Namun dalam pengucapan Natal ini, hanya terjadi di Indonesia. Di negara lain baik di Afrika, Asia bahkan di Timur Tengah sendiri hampir tidak ada, kecuali di Palestina tapi itu bukan menyangkut aqidah tapi menyangkut perebutan Wilayah yang dikaitkan dengan Isu Agama.

Kalau masalah pengucapan Natal ini, ada juga di Asia Tenggara, tapi itupun relatif sangat kecil sekali gelombang pusarannya, Namun lain sekali dengan yang terjadi di Indonesia, pusaran anginnya kontinyu dan besar sekali, dan senantiasa muncul setiap tahun di tiap-tiap Natal dan tahun baru seperti sebuah isu peliharaan yang memang sengaja harus dimunculkan.

Seperti dulu di tahun 2016 muncul di Bandung, dan baru-baru ini tahun 2022 muncul di Lebak Banten, bahkan jika dilihat lagi rekam jejak kebelakang banyak sekali muncul yang lebih dari itu, yakni sikap-sikap Intoleran yang sudah mengarah pada sikap-sikap radikal sampai kepada aksi terorisme, yang jelas-jelas diarahkan agar terjadi sentimen agama yang ekstrim, seperti pelarangan ibadah Natal, saat ibadah gereja digeruduk, gereja diserang dilempari, sampai kepada aksi terorisme pengrusakan dan pemboman gereja itu sendiri (di Malang Jatim, di Sulawesi, Poso, Maluku dll).