Sindikat Post, Jakarta – Pemahaman kita sebagai Bangsa Indonesia tentang boleh tidaknya mengucapkan Natal khususnya umat Muslim kepada saudara kita umat Nasrani mungkin sudah selesai dan sepakat boleh.

Boleh, asal tidak merubah Aqidah dalam rangka Hablumminannas untuk ikut membahagiakan saudara kita satu lingkungan sebagai sesama umat, dan sebagai sesama warga negara indonesia, sebagaimana disampaikan salah satu Ahli Tafsir Kitab Al Quran dan Hadist Internasional Prof Dr KH Qurais Shihab.

Pelarangan Mengucapkan Natal "Grand Design Asing Devide et Impera di Indonesia"Tapi bagaimana dengan pemahaman anggota masyarakat Muslim yang lain ?, belum tentu semuanya sepakat dan seirama. Masih banyak yang ragu dan rancu, terutama dari kelompok Islam garis keras yang cenderung intoleran bahkan ada yang bersikap radikal mengharamkan nya.

Katanya, karena dengan mengucapkan Natal, sama dengan mengakui Nabi Isa Almasih sebagai anak Allah yang sangat ditentang oleh faham Islam, padahal jika hanya menyampaikan ucapan Selamat saja, untuk ikut membahagiakan mereka, tidak berarti meyakini aqidah agama lain, sama halnya ketika kita mengucapkan selamat hari kemerdekaan kepada negara komunis atau negara liberal kan tidak berarti kita jadi seorang komunis atau liberal.

Demikian juga ketika kita mengucapkan hari Nyepi kepada umat Hindu atau Imlek kepada umat Khonghucu, tidak berarti kita jadi Hindu dan Konghucu, sehingga tidak harus ditarik sejauh itu Pemahamannya, sebagimana disampaikan dengan jelas oleh Prof DR Shihab, semua itu dilakukan hanya sekedar untuk Hablumminannas, untuk menjaga hubungan baik antar sesama dan menghargai ajaran nya masing-masing, Titik.

Pelarangan Mengucapkan Natal "Grand Design Asing Devide et Impera di Indonesia"Namun situasi ini, memang sengaja dibuat sedemikian rupa, terutama oleh anasir-anasir asing yang meminjam tangan kelompok-kelompok Islam garis keras, untuk bisa terus mengadu domba antar umat beragama, khususnya Islam X Kristen yang ada di Indonesia, karena Kristen merupakan agama terbesar ke dua di Indonesia setelah Islam.