Bila melihat pola-pola aksi tersebut, sudah banyak diungkap oleh Tim Densus 88 Polri, bahwa terbukti adanya campur tangan asing dan jaringan Internasional didalam gerakan aksi-aksi terorisme dan radikalisme yang terjadi di negara kita tersebut, seperti keterlibatan ISIS, Hizbul Tahrir, Jamaah Islamiah, Ikhwanul Muslimin, Taliban, Mujahidin, dll yang ternyata markas besarnya ada di Eropa / Inggris.

Jika gerakan-gerakan yang mengatas namakan Islam secara murni seyogianya markasnya harus ada di negara Islam itu sendiri, tapi ini justru berada di negara lain diluar mayoritas Muslim, disini kita harus bisa berpikir cerdas.

Artinya semua ini murni bukan gerakan agama, tapi merupakan gerakan politik, ikut campurnya Grand design asing yang meminjam tangan agama, berkedok dan berjubah agama, sebagai isu yang memang paling seksi di negara yang dikenal sebagai penganut Muslim terbesar di dunia, yang memang tidak menginginkan Negara Indonesia yang maha kaya raya ini maju dan modern.

Ingat, Indonesia jadi negara terjajah bukan karena kekuatan senjata yang hebat dari para kolonialisme, tapi terlebih karena keberhasilan politik adu domba (Devide et Impera) dari fihak mereka yang ingin menguasai sumber daya alam yang ada di tanah air kita.

Konsep tersebut sampai saat ini masih sangat efektif mereka gunakan, dalam setiap waktu, setiap objek, dan di setiap kesempatan apapun, yang akan dijadikan moment untuk terus memecah belah dan memporak porandakan negara kita tercinta Indonesia, agar aset-aset penting negara kita bisa dikuasai mereka, melalui kelompok-kelompok binaannya yang sudah ditanam di negara kita sejak lama.