Ada sasaran strategi yang harus dicapai BKKBN diantaranya adalah Menurunnya Angka Kelahiran Total/Total Fertility Rate (TFR) menjadi 2,21 pada tahun 2022, meningkatnya Angka Prevalensi. Pemakaian Kontrasepsi Modern/Modern Contraceptive Prevalence Rate (mCPR) menjadi 62,54 persen pada tahun 2022, menurunnya kebutuhan ber-KB yang tidak terpenuhi/Unmet Need menjadi 8,0 persen pada tahun 2022, menurunnya Angka Kelahiran Menurut Kelompok Umur 15-19 tahun/Age Specific Fertility Ratio (ASFR) 15-19 tahun, dengan target 21 per-1.000 kelahiran pada tahun 2022.

Sekaitan dengan tujuan dari dampak pelayanan KB Pasca Persalinan dan Keguguran yang juga untuk mendorong dalam penurunan Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB) serta diharapkan berdampak terhadap percepatan penurunan stunting.

” Peran rumah sakit dalam pelayanan KB Pasca Persalinan dan Keguguran diharapkan sangat optimal. Selanjutnya harapannya Rumah Sakit juga sebagai rujukan bagi ibu hamil yang memiliki risiko terhadap kehamilan berikutnya sehingga perlu menggunakan kontrasepsi melalui KB Pasca Persalinan dan keguguran di rumah sakit,” ujar bu Erna.

bkkbn-jatim-resmi-gelar-koordinasi-intensifikasi-pelayanan-kbBeberapa tahun terakhir cakupan pelayanan KB di rumah sakit cenderung mengalami penurunan, terutama sejak dimulainya pelaksanaan JKN tahun 2014 dimana terdapat beberapa kendala seperti adanya rujukan pelayanan secara berjenjang dan rujukan yang dilakukan harus berdasarkan indikasi medis serta adanya masalah pembiayaan pelayanan KB terutama pada KB pasca persalinan. Ditambah lagi dengan kondisi pandemi saat ini, RS fokus untuk melakukan penanganan Covid-19, selain itu masyarakat enggan datang ke rumah sakit karena takut tertular virus Covid-19.

Dari data Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Timur khususnya pada KB Pasca Persalinan dari tahun 2019-2021 juga mengalami penurunan dikarenakan salah satunya adalah pandemi.