Sementara terkait pengadaan tas untuk bansos bahan pokok tersebut, emiten berkode SRIL itu mengakui menerima kontrak melalui penunjukan langsung atau tanpa tender. Tapi itu pun langsung dari Kementerian Sosial (Kemensos), tanpa ada hubungan PT Sritex dengan Gibran.

“Benar kita memang supply. Waktu itu di-approach Kemensos mengenai pengadaan. Sempat kan ada publikasinya, mereka tadinya harusnya di-supply sama perusahaan lain, tapi kesulitan sama bahan baku karena impor,” ujar Joy.

Kesulitan bahan baku itu menurutnya, terjadi sebagai dampak lockdown di berbagai negara akibat pandemi. Pada saat yang sama di Indonesia, tidak banyak juga perusahaan tekstil dan garmen yang masih beroperasi dalam kapasitas besar, karena dampak kasus COVID-19. Sementara saat itu, kebutuhan tas bansos diperlukan dalam jumlah besar dan butuh segera

Sementara terkait jumlah tas bansos dan nilai pekerjaan yang digarap PT Sritex, Joy mengaku tak bisa mengungkapkan karena dalam kontrak memang dinyatakan tak bisa diungkapkan ke publik.

PT Sritex sendiri, lanjutnya, mulai mengerjakan tas untuk paket bansos sembako itu pada April 2020 dan berakhir pada November 2020 lalu. Kontrak proyek tersebut menurut Joy dilakukan bertahap, demikian juga dengan pengiriman dari PT Sritex ke Kemensos dan pembayaran dari Kemensos ke PT Sritex.