Berbeda dengan misi sebelumnya, pada kategori Autonomous (D2), setiap tim yang berkompetisi diberi waktu 45 menit untuk melakukan persiapan dan uji coba misi. Dalam rentang waktu tersebut, tim diberi kebebasan melakukan misi apa saja untuk memperoleh poin. Tim Soeromiber sendiri melakukan misi dengan menerbangkan dua drone bersamaan sembari membawa nampan berisi bola.

Bola tersebut kemudian dijatuhkan pada corong berwarna di area dropzone, dan jika berhasil tim pun mendapatkan poin. Proses itu selanjutnya dilakukan secara berulang hingga waktu yang diberikan habis. Tim dengan poin tertinggi, maka akan dinobatkan sebagai pemenang kategori Autonomous (D2).

Setelah semua sesi dilaksanakan, masuklah pada tahap penilaian akhir. Mahasiswa asal Batam itu berujar bahwa pemenang pada setiap kategori dipilih berdasarkan akumulasi poin tertinggi. Poin video, presentasi, dan misi akan diakumulasi sebagai nilai akhir.

“Dengan akumulasi itulah, tim Bayucaraka ITS akhirnya berhasil membawa pulang tiga gelar juara,” ujar Martin.

Meskipun memakan waktu kurang lebih empat bulan dan sulitnya mencari lokasi indoor yang tepat untuk melakukan uji coba, hal itu tak menjadi penghalang bagi tim robot terbang kebanggaan ITS ini. Dengan kegigihannya itu, tim Bayucaraka ITS pun berhasil mengharumkan nama almamater dan bangsa.