Penyebab utama stunting adalah kurangnya asupan gizi pada janin saat masih dalam kandungan. Faktanya, stunting telah menjadi masalah serius di bidang kesehatan dunia. Data World Health Organization (WHO) menunjukkan kasus stunting di Indonesia terbilang meningkat. Menurut data Studi Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) 2020, saat ini prevalensi stunting masih di angka 23,5 persen
dari target 21,1 persen.

BKKBN Jatim

Melalui RehatPro (Remaja Sehat Kespro) Bebas Stunting Pencegahan stunting sejak dini dapat dilakukan sejak dari remaja. Remaja beresiko tinggi untuk melahirkan generasi stunting jika tidak dicegah sedini mungkin. Dengan memperhatikan dari kebersihan alat reproduksi, asupan gizi yang sehat khususnya zat besi, sehingga tidak terjadi anemia bagi remaja perempuan maupun laki-laki. Menurut Kementrian Kesehatan, 23% remaja perempuan dan 12% remaja laki-laki mengalami anemia, yang sebagian besarnya disebabkan oleh kekurangan zat besi. Hal tersebut dikarenakan kurang optimalnya asupan gizi yang diperoleh serta kurangnya aktivitas. Pada perempuan, risiko anemia lebih tinggi karena perempuan mengalami menstruasi.

Menurut Data World Bank tahun 2020, Indonesia menempati peringkat ke115 dari 151 negara dalam hal prevalensi stunting. Tak hanya fisik yang pendek, dampak stunting meliputi gangguan perkembangan otak, dapat mengganggu kemampuan belajar anak, gangguan pertumbuhan fisik serta gangguan  metabolisme yang bisa menyebabkan berbagai penyakit ketika dewasa. Namun, tidak perlu khawatir, stunting dapat dicegah sejak awal kehamilan.