Meskipun beberapa negara tujuan ekspor melakukan pengetatan akibat lonjakan varian Delta Covid-19, ternyata tak menyurutkan permintaan di sektor pertanian. Kenapa? Karena pangan adalah kebutuhan pokok.

Pembelian baju boleh turun, kendaraan bermotor ikut terseok, tetapi tidak dengan pangan. Lifestyle boleh dinegosiasikan selama masa pandemi, tetapi tidak dengan kebutuhan mengisi kalori harian.

Lantas, bagaimana outlook di sektor pertanian? Prospeknya masih cerah, Jika sektor pertanian berhasil survive selama masa pandemi, lalu bagaimana ketika pandemi mulai berubah menjadi endemi?

Beberapa indikator menguatkan tren sektor pertanian bukan hanya temporer. Justru di saat ekonomi global mulai rebound, negara-negara yang membutuhkan bahan baku pangan akan berebut melakukan pembelian stok secara besar-besaran.

Alhasil booming sektor pertanian diperkirakan berlanjut dalam tahun-tahun mendatang. Lihat, misalnya, Tiongkok yang melakukan impor jagung sebesar 11,7 juta ton hanya dalam 5 bulan pertama di 2021, lebih besar dari seluruh pembelian jagung impor sepanjang 2020.

Perhatian terhadap sektor pertanian juga bersambut dengan kebijakan-kebijakan afirmatif mulai dari penurunan suku bunga KUR pertanian, sampai memastikan penyaluran distribusi pupuk terjaga.

Spesifik terkait dengan kebutuhan pupuk, setidaknya perlu meng-cover 62,3 juta hektare lahan. Indonesia adalah negara dengan lahan pertanian, kehutanan, dan perikanan yang terbesar di Asia Tenggara.

Di tengah awan cerah kenaikan permintaan produk pangan juga muncul desakan untuk menggunakan produk yang ramah lingkungan atau berkelanjutan. Gemerlap sektor pertanian tidak kalah menarik dengan sektor lainnya, tetapi membutuhkan kolaborasi khususnya dari sisi pendanaan. @red