Uni juga menjelaskan bahwa pondasi utama kehidupan manusia dimasa depan sangatlah dipengaruhi pola pengasuhan di 1000 HPK artinya 270 hari di masa kehamilan dimana harus rutin diperiksakan ke Faskes / dokter.

“Minimal 4 kali di masa kehamilan akan lebih baik lagi jika rutin setiap bulan, mengkonsumsi makanan bergizi dan rutin konsumsi tablet tambah darah. Setelah masa kelahiran, bayi di beri ASI eksklusif, mulai usia 6 bulan diberi MPASI dan dilanjutkan ASI sampai 2 Tahun,” terang Uni.

“Selain itu, pencegahan stunting dimulai dari hulu yaitu remaja putri sebagai calon ibu dikarenakan mengalami menstruasi setiap bulan sehingga remaja putri harus diberikan tablet tambah darah yang di dampingi oleh guru di sekolah. Begitu juga dengan calon pengantin perlu diperiksakan kesehatannya dan bagi calon perempuan diberikan tablet tambah darah minimal 3 bulan sebelum menikah,” ungkap Uni.

Data menunjukkan bahwa angka rata-rata prevalensi stunting di Indonesia berdasarkan SSGI Tahun 2022 adalah 21,6%, sementara rata-rata prevalensi stunting di Jawa Timur adalah 19,2%. Kota Surabaya merupakan kota dengan prevanlensi stunting terendah se-Jawa Timur, yaitu sebesar 4,8%.

Uni menegaskan bahwa hal tersebut merupakan kerja keras semuanya khususnya kader-kader yang hebat di kota Surabaya. Tentunya hal ini tidak terlepas dari dukungan Mitra salah satunya DPR RI yang memberikan dukungan dalam pelaksanaan Program Bangga Kencana.

“BKKBN mempunyai tenaga sampai di akar rumput tidak hanya tenaga penggerak yang terdiri dari PKB dan Kader KB tetapi juga memiliki program berbasis desa dan masyarakat yang peranannya sangat penting sekali untuk membantu memfasilitasi terwujudnya keluarga sejahtera sehingga alasan tersebut menjadikan BKKBN ditunjuk sebagai ketua pelaksana program percepatan penurunan stunting,” terang Uni.