Kisah pilu Matahari tidak berhenti di situ, kini orang-orang mulai menjauhinya. Tetangga, teman-teman, kerabat bahkan keluarga semuanya menjauh. Ada yang menjauh karena takut tertular, ada yang mencibir, bahkan ada pula yang menghina dan menganggap hal yang dialaminya sebagai azab Tuhan.

Diskriminasi pun sering dirasakannya, bahkan juga Rembulan anaknya. Matahari pun semakin terpuruk, alih-alih mendapatkan dukungan dan bantuan, mengapa orang-orang menambah beban hidupnya, pikirnya. “Apalah salah saya,” ujarnya pilu. “Saya demi Allah tak pernah berselingkuh, tak pernah menggunakan narkoba, atau melakukan perilaku-perilaku berisiko lainnya.

Saya mendapatkan (virus HIV) ini dari suami saya, manalah saya tahu perilaku dia di luar sana,” ucapnya dengan mata nanar dan berkaca-kaca. Untunglah situasi Matahari kini membaik. Berkat seorang relawan pendamping, dia mengerti bahwa dirinya bisa mendapatkan akses pengobatan atau ART (Anti Retroviral Therapy).opini-matahari-rembulan-setarakan-dalam-rangka-hari-aids-sedunia-2022

Setelah menjalani pengobatan dengan teratur, saat ini Viral Load ( kadar virus dalam darah ) Matahari sangat rendah. Kondisi tubuhnya bisa dibilang sehat, bahkan jika orang lain yang tidak mengenal dia dan mengetahui status HIV-nya, tidak akan mengira jika status dia HIV positif. Perlahan-lahan Matahari bangkit menata hidupnya. Dia telah mendapat pekerjaan dan kini melanjutkan hidupnya. Matahari bersama Rembulan, mereka mulai memancarkan cahaya hidupnya kembali .

Kisah Matahari di atas adalah gambaran situasi kondisi HIV/AIDS di Indonesia. Wanita atau khususnya Ibu Rumah Tangga (IRT) merupakan kelompok yang rentan. Menurut keterangan dari KPA DIY, selama bertahun-tahun, hingga tahun 2022 ini, kelompok Ibu Rumah Tangga merupakan kelompok sosial yang menduduki peringkat 2 tertinggi yang hidup bersama HIV/AIDS, setelah peringkat 1 yaitu Wirausahawan.