“Akan saya gandakan dan bagikan kepada teman-teman di rumah sakit sebagai panduan memberikan penyuluhan ” katanya.

Setelah mengunjungi Puskesmas Gedongtengen, selanjutnya peserta mengunjungi Rifka Annisa, sebuah LSM yang berkomitmen pada penghapusan kekerasan terhadap perempuan.

Kunjungan ke Rifka Annisa ini sangat menarik bagi para peserta pelatihan. Sebagaimana diketahui, pembatasan-pembatasan terhadap kaum perempuan di Afghanistan sangat ketat, juga lemahnya perlindungan terhadap kaum perempuan.

tenaga-medis-afghanistan-kagum-dengan-bpjsKaum perempuan Afghanistan tidak bebas bepergian tanpa didampingi Mahram atau kerabat laki-laki. Seluruh peserta pelatihan pun yang perempuan didampingi oleh Mahramnya ke Indonesia.

“Hal ini tentu saja berperan terhadap rendahnya kontribusi dokter, perawat, dan bidan perempuan Afghanistan dalam memajukan derajat kesehatan masyarakat” demikian ditambahkan Dokter Fariha.

*Sunat Perempuan*
Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Rifka Annisa Indah Wahyu Andari saat menyambut para peserta menyampaikan bahwa memang terhadap perbedaan budaya antara Indonesia dan Afghanistan yang cukup kentara terkait perlakuan terhadap kaum perempuan, walaupun kedua negara sama-sama negara dengan mayoritas penduduk Muslim.