Surabaya Kota, Surabaya – Cara Tetap Bahagia. Saat Menghadapi Masalah Sebagai generasi berencana, pastinya harus sudah siap dengan berbagai tantangan seluk beluk pernikahan dan masalah rumah tangga yang akan dihadapi. Agar lebih kuat pondasinya, yuk simak penjelasan berikut mengenai bagaimana orang berpikir untuk memecahkan masalah. Tenang, nggak berat teorinya, masih berat rindunya Dilan kok.

Cogito ergo sum – Aku berpikir maka aku ada. Sebuah ungkapan filsafat yang sudah tidak asing di telinga kita. Kalimat yang di populerkan oleh Descartes tersebut selalu dimuat dalam setiap buku pengantar filsafat yang membahas mazhab rasionalisme. Tenang, penulis tidak akan terlalu mengurai konsep Descartes di tulisan ini.

Cara Tetap Bahagia Hal yang akan penulis garis bawahi adalah mengenai “berpikir” dalam konteks psikologi komunikasi. Mari luangkan waktu sejenak menyimak serunya berpikir mengenai bagaimana orang berpikir .

Apakah berpikir itu? Singkat cerita, Anita Taylor et al, mendefinisikan berpikir sebagai proses penarikan kesimpulan. Thinking is a inferring process (Taylor et al. 1977:55). Berpikir melibatkan penggunaan lambang, visual atau grafis yang di dalamnya terdapat proses yaitu sensasi, persepsi dan memori.

Lantas, untuk apa orang kemudian berpikir?. Rahmat dalam bukunya Psikologi Komunikasi menerangkan bahwa, berpikir dilakukan untuk memahami realitas dalam rangka mengambil keputusan (decision making), memecahkan persoalan (problem solving) dan menghasilkan yang baru (creativity) (Rakhmat, 2008:68).

Proses pemecahan masalah itu sendiri ada 5 tahap (tentu tidak selalu begitu, karena banyak faktor yang mempengaruhi pemecahan masalah). Namun secara garis besar, Rakhmat (2008:71), menjelaskannya seperti ini :