Mendag memproyeksikan, surplus neraca perdagangan hingga akhir 2021 akan mencapai minimal USD37 miliar. Hingga November 2021 surplus neraca perdagangan sebesar USD34,32 miliar.  “Kalau kita lihat tahun ini, defisit migas kita akan mencapai USD12 miliar. Tapi, surplus nonmigas kita akan lebih dari USD45 miliar. Saya berkeyakinan bahwa surplus kita tahun ini setidaknya akan mencapai USD37 miliar,” kata Mendag.

Dari proyeksi itu, wajar saja pemerintah akan terus fokus pada peningkatan kinerja ekspor dalam rangka percepatan pemulihan ekonomi nasional. Pertumbuhan ekspor yang signifikan juga akan menciptakan inovasi dan peningkatan kualitas industri dalam negeri.

Menurut Lutfi, Kementerian Perdagangan (Kemendag) sering bertemu dan berdiskusi dengan eksportir. “Kami selalu motivasi para pelaku usaha untuk berani mengeksplorasi peluang pasar baru di kawasan emerging markets dan pasar nontradisional,” ujarnya.

Dalam konteks itu, adanya ketidakpastian di negara-negara pesaing menyusul adanya kekhawatiran merebaknya varian baru, Omicron, tentu menjadi peluang bagi Indonesia untuk dapat memanfaatkan potensi ekspor yang selama ini belum dioptimalkan seperti Afrika, Asia Selatan, Asia Barat, Eropa Timur, dan negara-negara di kawasan Ocenia. Harapannya, kinerja sektor perdagangan Indonesia semakin baik pada 2022. @red