Untuk program sanitasi dan air bersih, sambung Hasto, pihaknya mengikuti program dari Dinas Pekerjaan Umum yang sudah memiliki target-target bebas daerah kumuh. Sedang untuk ibu-ibu pasca persalinan, BKKBN juga menyiapkan semua alat kontrasepsi mulai dari pil maupun susuk atau implant.

Hasto menambahkan selama pandemi ini, jumlah penderita anemia mengalami kenaikan cukup signifikan hingga 40 persen padahal sebelumnya pandemi angkanya dibawah 30 persen.

“Untuk stunting ini, betul-betul kami mohon arahan, kami berharap Jatim bisa menjadi contoh, sebab di Indonesia belum ada contoh daerah dengan penurunan stunting sangat cepat dan semoga Provinsi Jawa Timur bisa menjadi contoh model Provinsi dengan penurunan stunting tercepat,” tutur Hasto.

Ditempat yang sama, Gubernur Provinsi Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa mengatakan pihaknya sudah memeratakan 10 daerah dengan kasus stunting tertinggi di Jawa Timur dan pihaknya mendapatkan komplain dari daerah-daerah tesebut. Sebab, saat ini ada tiga sistem yang digunakan untuk mendata kasus stunting dan setiap sistem angka stunting berbeda-beda.

“Harus ada satu sistem saja yang digunakan agar datanya semua sama dan bisa diketahui kecamatan mana yang memiliki kasus stunting tertinggi sehingga intervensi bisa dilakukan melalui posyandu,” kata Khofifah.