Jakarta – Banyaknya penumpang pesawat antre mengular saat sedang rapid test antigen di Terminal 2 Bandara Soekarno Hatta (Bandara Soetta) dan terminal bandara lainnya, merupakan keteledoran Kementerian Perhubungan. Dimana Kemenhub kurang bisa mengantisipasi lonjakan penumpang yang membludak menjelang liburan Natal dan Tahun Baru 2021.

M. Rafik Perkasa Alamsyah Ketua Umum Relawan Aliansi Masyarakat untuk Nawacita (Al Maun) menilai, seharusnya pemerintah dalam hal ini Menteri Perhubungan Budi Karya harus siap. Jika tidak kata Rafik sapaan akrab, maka dimungkinkan akan ada penularan suspect baru virus Covid-19 dengan cluster baru Bandara.

“Pemerintah harus sigap untuk menyiapkan pos-pos untuk rapid test antigen Covid-19. Bisa disiapakan di sekitar bandara atau di luar-luar terminal luar, sehingga terbagi konsentrasi penumpukan orang dan ada jaga jarak aman,” terang Rafik saat dihubungi, Selasa (22/10/2020) di Jakarta.

Menurutnya, selain di Bandara Soetta, antrean penumpang juga terdeteksi di Bandara Juanda Surabaya dan Bandara Sepingan Balikpapan. Bahkan di Stasiun kereta api Gambir juga hari Senin (21/12/2020) dan Selasa (22/12/2020).

“Banyak antrean penumpang pesawat udara terdeteksi di Terminal 2 Soekarno-Hatta, Juanda, dan Sepinggan. Hal ini terjadi, karena banyak penumpang yang belum tahu adanya peraturan syarat rapid test antigen yang diberlakukan mendadak,” ujar Rafik yang juga Ketua Umum IPPMI (Ikatan Pemuda Pemudi Minang) ini.

Katanya para penumpang umumnya sudah membeli tiket jauh hari sebelumnya dan datang ke bandara dengan membawa SuKet uji antibodi. Namun, meraka hari ini diwajibkan antre uji antigen.

“Padahal petugas KKP (Kantor Kesehatan Pelabuhan) jumlahnya terbatas dan harus menjelaskan kepada penumpang yang membawa surat keterangan rapid test antibodi, agar diwajibkan juga memiliki surat keterangan rapid test antigen. Di sinilah perdebatan antar calon penumpang dan petugas. Ujung-ujungnya penumpang yang disalahkan,” tandas Rafik.