Ali menjabarkan, proses pembuatan nata de coco relatif sangat terjangkau dan mudah ditemui oleh masyarakat setempat. Dengan demikian, Ali berharap masyarakat yang mengikuti kegiatan tersebut tertarik untuk berkecimpung dalam unit usaha tersebut.

“Karena bahan yang diperlukan juga sangat mudah, dari limbah beras, ketela pohon atau singkong dan juga dari limbah air kelapa. Semoga ini bisa memberikan gambaran kepada mereka untuk terjun dalam usaha pembuatan nata de coco ini,” lanjut Ali.

Dia menjelaskan, Kiyai Muda Jatim berkomitmen untuk melakukan pendampingan produk tersebut hingga masyarakat Trenggalek bisa menjalankan usaha tersebut secara mandiri dan berkelanjutan.

“Mereka bisa menduplikasi dari pembuatan nata de coco atau pun bekerjasama dengan KPB untuk memasok bahan baku tersebut, karena kebutuhan tiap bulannya juga kan masih kurang,” terangnya.