Apa benar seperti itu? Diketahui, ketika penyelenggaraan Annual Meeting IMF-World Bank 2018 di Bali yang berlangsung selama tujuh hari, ada 19.056 peserta yang datang dari 144 negara. Jumlah kegiatan hanyalah satu kegiatan utama.

Laporan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) menyebutkan, dampak langsung gelaran pertemuan Annual Meetings IMF dan Bank Dunia senilai Rp6,9 triliun. Komponen itu meliputi pengeluaran delegasi, biaya konstruksi, dan biaya operasional.

Lantas, akankah keberhasilan penyelenggaraan IMF-World Bank Annual Meetings itu bisa terulang kembali pada penyelenggaraan KTT G20 di tempat yang sama, yakni di kawasan Nusa Dua Bali? Lalu, akankah kegiatan skala global itu juga akan memberikan reputasi yang positif bagi Indonesia?

Besar keyakinan, reputasi Indonesia akan terangkat dengan adanya KTT G20 di Indonesia. Wartawan dari berbagai belahan dunia, minimal dari 26 negara, hadir sebagai peserta akan memberitakan perhelatan akbar 20 negara ekonomi dunia itu. Sehingga, tentu akan muncul persepsi yang positif bagi Indonesia dengan sejumlah keunggulannya.

Belum lama ini, Bank Indonesia melakukan riset berkaitan dengan persepsi terhadap penyelenggaraan G20 tersebut, model yang diambil adalah pertemuan Finance and Central Bank Deputies Meeting (FCBD) pertama pada 9-10 Desember 2021, yang menandai dimulainya Presidensi G20 Indonesia di jalur keuangan (finance track).

Tentu sebelum hari penyelenggaraan, kegiatan pra-FCBD sudah dilaksanakan mulai 1 November–10 Desember 2021. Selama periode itu, hasil riset Bank Indonesia mendapatkan data bahwa publik yang ingin tahu kegiatan itu dari medium sosial media mencapai 187.400 dan dari nonmedia sosial mencapai 6,9 juta pencari.

kawasan-nusa-dua-bali

Masih dari data itu, kegiatan FCBD pertama ternyata hanya memberikan sentimen positif sebesar 48,4 persen. Artinya, sisanya sebanyak 51,6 persen masih memberikan sentimen negatif, yakni 51,6 persen.