Namun LaNyalla mengingatkan agar HIPPORA memperhatikan apa yang disampaikan Presiden Joko Widodo saat berkunjung ke Sentra Porang di Madiun beberapa waktu lalu. Presiden meminta porang tidak lagi diekspor dalam bentuk umbi. Tetapi harus dalam bentuk olahan, atau produk turunannya.

“Kita berharap Kementerian Pertanian dan Kementerian Perindustrian dengan melibatkan HIPPORA melakukan sinergi untuk secara cepat menjawab arahan Presiden tersebut. Artinya produk olahan atau produk turunan dari Porang harus menjadi road map untuk peningkatan nilai tambah Indonesia,” katanya lagi.

Menurut LaNyalla apa yang dikatakan Presiden Jokowi memang benar. Jika Indonesia tidak memulai membuat produk olahan porang, nantinya bisa kalah dengan negara lain. Sebab, sejarah mencatat, Korea Selatan pernah melakukan penelitian sejumlah produk hayati di hutan Indonesia, terutama tanaman-tanaman herbal. Hari ini, Korea Selatan menjadi salah satu negara yang memimpin produk-produk obat herbal dari sumber hayati dan hewani.

“Begitu juga Thailand, di tahun 80-an, saat kita swasembada beras, mereka belajar ke sini. Termasuk meminta contoh beberapa Varietas beras kita. Dan hari ini Thailand menjadi eksportir beras. Kemudian ada Vietnam yang pernah belajar di sentra Pembudidayaan Udang di Dipasena, Lampung. Kini mereka salah satu negara eksportir Udang besar di dunia. Ironisnya, tambak Dipasena hari ini dalam kondisi hidup segan mati tak mau,” katanya.