Dari total wisman yang datang sebanyak 2.834 orang, mereka diperkirakan menghabiskan pengeluaran per orang selama kegiatan sebanyak Rp40,836 juta, atau total pengeluaran mencapai Rp208,31 miliar. Sementara itu, untuk pengeluaran 8.450 wisnus, pengeluaran peserta itu diperkirakan rata-rata Rp9,121 juta atau total mencapai Rp77,08 miliar sehingga dengan pendekatan moderate pengeluaran wisman dan wisnus mencapai Rp285,39 miliar.

Sementara itu, dengan pendekatan optimis maka akan diperoleh estimasi wisman yang datang mencapai 10.301 orang dengan pengeluaran per orang Rp40,84 juta. Artinya total pengeluaran mencapai Rp420,63 miliar.

Sementara itu, wisnus yang hadir mencapai diperkirakan sebanyak 10.238 orang @ Rp9,12 juta atau sebanyak Rp93,38 miliar. Dari total kedatangan wisman dan wisnus diprediksi bisa mencapai Rp514,02 miliar.

Dengan pendekatan optimis itu, maka bisa lebih ditajamkan lagi ihwal distribusi dana yang dikeluarkan wisman dan wisnus, yang jumlahnya mencapai Rp514,02. Mengacu pengalaman dari penyelenggaraan IMF-World Bank Annual Meetings, distribusi pengeluaran ternyata lari ke sektor perdagangan dengan mengambil porsi 24,67 persen, atau setara Rp70,41 miliar (moderate) dan Rp126,81 miliar (optimis).

Berikutnya, sektor transportasi berkontribusi 23,99 persen dengan nilai Rp68,37 miliar (moderate) dan Rp123,31 miliar (optimis). Selanjutnya porsi akmamin sebesar 40,01 persen dengan nilai Rp114,18 miliar (moderate) dan Rp205,66 miliar (optimis), jasa perusahaan dan jasa lainnya 11,33 persen dengan nilai pengeluaran Rp32,34 miliar (moderate) dan Rp220,97 miliar, sehingga totalnya masing-masing Rp285,39 miliar (modertae), dan Rp514,02 miliar (optimis).

Perolehan pendapatan dari penyelenggaraan KTT G20 di atas itu barulah dihitung dari dampak ekonomi secara langsung. Diketahui, pertemuan akbar pemimpin ekonomi dunia tentunya juga memberikan dampak ekonomi tidak langsung.

Artinya, banyak sekali dampak positif dari penyelenggaraan KTT G20 terhadap perekonoman Indonesia. Seperti, penambahan produk domestik bruto, penyerapan tenaga kerja, suvenir milik UMKM, serta terdongkraknya sektor pariwisata dan investasi.

Ujung semua itu, ekonomi Indonesia terakselerasi. Selain tentunya, reputasi Indonesia sebagai tuan rumah pun terdongkrak di mata dunia internasional. Nilai serupa itulah yang tidak bisa dihitung secara angka.@red