Sekretaris Perwakilan BKKBN Jatim menuturkan bahwa perlu kerjasama di Kota Batu untuk menurunkan prevalensi stunting yang mengalami kenaikan cukup tinggi.

“Menurut Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) angka prevalensi stunting Kota Batu mengalami kenaikan cukup tinggi, dari 15% tahun 2021 menjadi 25,2% tahun 2022. Ini agar menjadi perhatian bersama, dan upaya penurunan ini bisa mengoptimalkan Dana Alokasi Khusus (DAK) yang telah dialokasikan tahun 2023” urainya.

Chinggih kemudian mengingatkan agar di tahun 2023 alokasi anggaran DAK yang tersedia untuk Kota Batu digunakan untuk penanganan stunting.

“Mengingat tahun 2022 lalu penyerapan DAK Fisik Kota Batu masih nol, kami berharap di tahun 2023 alokasi DAK sekitar 3 milyar bisa dimanfaatkan dengan semaksimal mungkin untuk mendorong penurunan stunting di Kota Batu,” kata Chinggih.