Surabaya, Surabaya Kota – Tim peneliti Biomedis PENS dan Rumah Sakit Universitas Airlangga (RSUA) Surabaya, mengembangkan alat pemeriksaan Jantung portable atau disebut Portable Ultrasound.
Tim ini diketuai Riyanto Sigit, ST. M.Kom. Ph.D, bersama Tita Karlita, S.Kom. M.Kom dan dr. Taufiq Tidayat, Sp.A serta 2 mahasiswa Moh. Johan dan Churun In.

“Kami melihat betapa panjangnya antrian di rumah sakit besar dalam melayani pasien sakit, terutama pasien sakit jantung. Untuk check jantung biasanya pasien yang harus datang ke ruangan khusus ultrasound. Nah, dalam kondisi tertentu misalnya pasti akan sulit dilakukan pasien kritis penyakit jantung,” ungkap Riyanto
Menurut Riyanto, penggunaan alat ini juga relatif memudahkan dokter dalam memberikan layanan kepada pasien yang lokasinya di pelosok. Tidak hanya itu, alat ini mampu membantu dokter yang relatif berbeda-beda dalam memberikan keterangan dan diagnosa pada pasien.
Cara bekerja Portable Ultrasound ini dimulai dari pemindaian area dada pasien menggunakan alat ultrasound. Pasca pemindaian, akan diperoleh data berupa video jantung yang diambil dari berbagai sudut pemeriksaan.
Portable ultrasound pun lantas melakukan pengiriman data melalui komunikasi wireless dengan smartphone. Berikutnya hasil video dikirimkan ke PC dengan komunikasi USB.
“Setelah data diterima akan dilakukan processing dan segmentasi. Dan di tahap ini gambar atau citra yang bebas dari noise sangat dibutuhkan guna mempertajam kualitasnya,” jelas Riyanto.
Hasil segmentasi yaitu diperoleh area kontur rongga jantung dengan tingkat akurasi rata-rata 86,6%, yang mana hasilnya akan digunakan untuk melakukan pelacakan jantung.
Dengan hasil segmentasi yang cepat dan akurat maka akan memudahkan pengguna untuk mengobservasi kondisi jantungnya sendiri, apakah dalam kondisi normal maupun tidak.
Dari sisi harga, per unit perangkat Ultrasound menyentuh kisaran 1-2 Milyar. Karena harganya yang cukup tinggi, maka fasilitas ini biasanya tersedia di Rumah Sakit Besar dengan pemakaian yang lumayan tinggi.
Portable Ultrasound dapat menjadi solusi dan alternatif mengingat daya jangkaunya bisa lebih luas dengan kisaran harga yang lebih terjangkau, sekitar 120 Jutaan.
Ke depan Riyanto masih ingin mengembangkan beberapa riset biomedis yang berhubungan dengan deteksi jantung, terutama untuk pengembangan Portable Ultrasound. Salah satunya adalah akan melakukan perubahan packaging.
“Saya ingin mengubah dimensinya, menjadi seukuran kopor atau laptop,sehingga makin memudahkan layanan kepada pihak pasien maupun perawat yang bertugas. Dan tentunya dengan kapasitas gambar yang lebih baik lagi. Semoga semua bisa terwujud di tahun depan,” terang Riyanto yang sudah mengantongi paten atas risetnya ini. (Dang)