Sindikat Post , JakartaBadan Riset dan Inovasi Nasional ( BRIN ) menargetkan adanya peningkatan SDM Iptek berkualifikasi S3 mencapai 20 persen di tahun 2024. Capaian ini akan ditempuh secara bertahap pada rentang waktu 2020 hingga 2024.

“Kita memang menargetkan di tahun 2020-2024. Paling tidak di tahun 2022 ini mencapai sekitar 17 persen SDM Iptek yang berkualifikasi S3, di tahun 2023 naik lagi jadi 18 persen, tahun 2024 bisa sampai 20 persen. Saat ini kita masih di kisaran 15 persen,” ungkap Plt. Deputi Bidang SDM Iptek, BRIN, Edy Giri Rachman Putra, pada talkshow 30 Minutes with Scientists, di BTV, Selasa (18/10).

Dia menjelaskan, mengacu pada UU Sisnas Iptek nomor 11 tahun 2019, SDM Iptek terdiri dari beberapa jabatan fungsional, seperti dosen, peneliti, perekayasa, dsb. “Jumlahnya memang cukup banyak, hanya saja kualifikasi pendidikan masih sangat rendah,” ungkapnya.

download 3 4

Di samping itu, menurut Giri, jumlah rasio SDM Iptek per 1 juta penduduk masih rendah. “Sekarang masih sekitar 1.500-an (per 1 juta penduduk), padahal target kita sampai 5.000-an,” tutur Giri.

Karena itu, BRIN mendapat amanat dalam mengemban program Manajemen Talenta Nasional (MTN) di bidang riset dan inovasi, untuk mengakselerasi kualitas dan kompetensi SDM Iptek untuk menjadi SDM unggul menuju Indonesia Emas 2045. “Termasuk juga bagaimana bisa menarik talenta-talenta muda diaspora, untuk bisa membantu kita mengembangkan iptek di Indonesia melalui MTN ini” katanya.

Dirinya menyebutkan, program MTN terbuka untuk semua pihak, terutama generasi milenial, mulai dari tingkat SMP, SMA, hingga mahasiswa. “Kita mulai engage mereka dengan beberapa skema, yang bisa meningkatkan minat mereka untuk menjadi periset ke depannya,” katanya.

Misalnya, sebut Giri, mulai dari mahasiswa S1, melalui program MTN, mereka bisa disekolahkan ke jenjang S2, S3, bahkan post-doctoral, baik di dalam maupun luar negeri. “Tentunya ketika sudah mendapatkan pengalaman, kapasitas, dan peningkatan kompetensi, mereka tidak harus kembali ke BRIN, mereka bisa ke masyarakat, entah ke perguruan tinggi ataupun industri. Yang penting mereka sudah punya kapasitas dan kompetensi yang memadai, yang bisa bergerak secara mandiri untuk membangun negeri,” pungkas Giri.download 3 4

YRIF Jaring Talenta Muda untuk Berkompetisi di Tingkat Global

Lebih lanjut Giri membeberkan, generasi milenial Indonesia mencapai 50 juta penduduk. Pihaknya sudah melihat tahapan untuk menjadi champion talenta muda di bidang riset dan inovasi. Mulai dari level daerah, provinsi, nasional, dan internasional.

“Di level internasional, kita hanya punya sekitar 250-an dari 50 juta, makanya kita membuat program untuk bisa meng-capture setiap level champion, yang lebih banyak terlibat, sehingga champion di tingkat global itu semakin banyak,” tutur Giri.

Karena itu, BRIN mengadakan beberapa kegiatan seperti Lomba Karya Ilmiah Remaja (LKIR), National Young Inventors Award (NYIA), dan Pekan Pemuda Riset dan Inovasi Nasional (PIRN), untuk menjaring talenta-talenta muda menjadi champion.

download 3 4

“Dengan memperbanyak champion-champion di setiap levelnya, harapannya yang juara di level nasional akan kami dorong ke perlombaan di tingkat global,” tutur Giri.

Pada tahun ini, karya para finalis LKIR dan NYIA akan dipamerkan dalam Youth Research and Innovation Fair (YRIF), sebagai bagian dari Indonesia Research and Innovation (InaRI) Expo. Peserta dibina untuk menjadi champion di level nasional, untuk didorong berkompetisi di level global.

Dari program MTN ini, sebut Giri, yang paling menarik di era serba digital adalah bagaimana menciptakan talenta digital, yaitu talenta-talenta muda yang menguasai teknologi komunikasi, komputasi, dsb.

“Kedepan semua akan berbasis kepada digital, dan iptek di bidang ini harus kita kuasai. Jadi jangan dibayangkan riset dan inovasi hanya di lab, ngotak-ngatik gelas kimia. Kedepan harus bisa menguasai teknologi digital, komputasi, dsb,” tegas Giri (tnt). @red