Sindikat Post, Malang – BKKBN dan Pusat Kesehatan, Kependudukan, dan Kebijakan (PB Centre) Portsmouth-Brawijaya, Universitas Brawijaya Malang Indonesia menggelar Konferensi Tahunan Asia Tenggara ke-2 tentang Kependudukan dan Kesehatan ( The 2nd South-East Asia Biennial Conference on Population and Health). Tujuan dari konferensi tahunan ini adalah untuk mempertemukan peneliti populasi dan kesehatan dari seluruh dunia untuk membahas beberapa populasi kontemporer dan masalah kesehatan di kawasan Asia Tenggara.
Kegiatan yang digelar hybrid meeting ini dihadiri secara daring oleh Dekan Fakultas Ilmu Pengetahuan, Universitas Portsmouth of the United Kingdom, Prof. Sherria Hoskins dan UNFPA Country Representation Indonesia, Dr. Anjali Sen.
Secara luring, hadir dalam kegiatan diantaranya Kepala BKKBN Pusat, Dr. (H.C.) dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG (K), YBrs. Encik Abdul Shukur bin Abdullah Head Director of Lembaga Penduduk dan Pembangunan Keluarga Nasional (LPPKN) Malaysia, Deputi Bidang Pelatihan, Penelitian dan Pengembangan BKKBN Prof. drh. Muhammad Rizal Martua Damanik, MRepSc, PhD, Deputi Bidang Advokasi, Penggerakan dan Informasi Drs. Sukaryo Teguh Santoso, MM., Wakil Gubernur Jawa Timur Dr. H. Emil Elestianto Dardak, B.Bus., M.Sc, Wakil Walikota Malang Ir. H. Sofyan Edi Jarwoko dan Rektor Universitas Brawijaya Prof Widodo, S.Si.,M.Si.,Ph.D.Med.Sc.
Permasalahan Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga termasuk stunting sudah sesuai dengan amanat Sustainable Development Goals (SDGs) nomor 1 “Menghapus Kemiskinan”, nomor 2 “Mengakhiri Kelaparan”, nomor 3 “Kesehatan dan Kesejahteraan”, nomor 5 “Kesetaraan Gender” dan nomor 6 “Akses Air Bersih dan Sanitasi”.
Berdasarkan Undang-Undang No. 52 Tahun 2009, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Republik Indonesia bertanggung jawab untuk melaksanakan program Keluarga Berencana. BKKBN juga ditunjuk sebagai koordinator penanganan stunting di Indonesia sesuai dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia nomor 72 Tahun 2021 tentang Percepatan Penanggulangan Stunting.
Presiden Republik Indonesia menargetkan angka prevalensi stunting sebesar 14% pada tahun 2024. Untuk itu, Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) bekerjasama dengan Universitas Brawijaya, Indonesia dan University of Portsmouth, Inggris melakukan Konferensi Tahunan Asia Tenggara ke-2 tentang Kependudukan dan Kesehatan ) The 2nd South-East Asia Biennial Conference on Population and Health), dan Provinsi Jawa Timur (Jatim) Kembali jadi tuan rumah acara yang diadakan pada 4-6 Oktober 2022.
Tantangan dalam Dinamika Kependudukan dan Permasalahan Stunting Sebagian besar negara di kawasan Asia Tenggara telah memasuki periode bonus demografi sebagai akibat dari penurunan tajam tingkat kelahiran. Kuantitas penduduk masih bernilai strategis, namun di saat yang sama kualitas penduduk masih dipertanyakan.
Masalah lainnya adalah terkait distribusi penduduk yang tidak merata di seluruh negara, terutama pulau-pulau terpencil terluar. Untuk itu maka pembangunan berkelanjutan sebagai komitmen Agenda 2030 terkait dengan masalah kependudukan, seperti: pertumbuhan penduduk, lansia, urbanisasi dan migrasi perlu mendapatkan perhatian bagi semua pihak.
“Saat ini, dinamika kependudukan sangat berkembang pesat sehingga kita semua harus memitigasi dampak negative dari adanya dinamika kependudukan. Dengan adanya konferensi ini, diharapkan bisa memberikan solusi dan rekomendasi terbaik dalam penanganan permasalahan kependudukan dan Kesehatan,” jelas Dr. Anjali Sen dalam sambutannya secara daring.
Sejalan dengan hal tersebut, Kepala BKKBN menjelaskan bahwa proporsi penduduk usia kerja (15 hingga 64 tahun) telah meningkat karena penurunan angka kelahiran, sehingga menciptakan peluang bonus demografi. Proporsi ini diperkirakan akan mencapai puncaknya pada suatu waktu selama 2025-2030. Perempuan memainkan peran yang sangat penting dalam proses transisi demografis.
Kemampuan Indonesia untuk bersaing di pasar global pada akhirnya sangat bergantung pada basis sumber daya manusia yang semakin meningkat. Pada tahun 2030 hampir 10 persen penduduk akan berusia 60 tahun ke atas yang berarti Indonesia akan memasuki aging population di tahun tersebut.
“Kita perlu mendukung penduduk lansia agar menjadi sehat dan produktif serta menjadi ‘lansia aktif’. Kemudian, nantinya jumlah perempuan akan semakin lebih banyak daripada laki-laki. Oleh karena itu, bagaimana peran perempuan dalam perekonomian menjadi hal yang sangat penting nantinya,” jelas Dokter Hasto.
Bagaimana Indonesia ke depan bisa menciptakan generasi yang bagus saat memasuki aging population erat kaitannya dengan penurunan stunting. Sebagaimana telah diketahui bersama, bahwa sesuai dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia nomor 72 Tahun 2021 tentang Percepatan Penanggulangan Stunting, BKKBN mendapat mandat dari Bapak Presiden untuk bersama-sama dengan Kementerian/Lembaga terkait melakukan upaya percepatan penurunan stunting di Indonesia.
Peraturan Presiden RI sudah disahkan, Rencana Aksi Nasional, serta perangkat-perangkat pendukung dalam implementasinya juga sudah disiapkan. Kami berharap target pencapaian penurunan stunting di 2024 sebesar 14% dapat tercapai.
Guna mempercepat penurunan stunting, ada beberapa pendekatan yang bisa dilakukan, salah satunya melalui keluarga. “Keluarga merupakan unit paling penting dalam membuat sebuah kebijakan. Misalnya, kita tidak mengatasi masalah sanitasi dilihat per orang, tetapi kita mengkalkulasi melalui jumlah keluarga,” ujar Wakil Gubernur Jatim.
Ia menambahkan, permasalahan stunting tidak diselesaikan setelah bayi lahir, tetapi lebih kepada pencegahan. “Bagaimana remaja perempuan memiliki nutrisi yang berkecukupan, bagaimana mereka menyiapkan menjadi calon ibu. Tentu hal ini memerlukan peran keluarga dan tentu pendekatan berbasis keluarga ini menjadi sangat penting dalam penanganan stunting,” imbuhnya.
Sementara itu, Rektor Brawijaya dalam talkshow memaparkan bahwa Perguruan Tinggi juga memiliki peran yang esensial dalam mendukung Percepatan Penurunan Stunting melalui 3 pilar, yakni Pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat.
“KKN tematik stunting menjadi salah satu bentuk penerapan pilar pengabdian masyarakat yang bisa langsung dirasakan manfaatnya bagi masyarakat. Mahasiswa yang melaksanakan KKN memberikan edukasi kepada masyarakat tentang stunting dan membantu BKKBN melakukan pendampingan kepada masyarakat,” jelas Rektor Brawijaya. @red.